Selasa, 10 September 2013

ASKEP Karsinoma Mediastinum

Karsinoma Mediastinum
2.1.1 Definisi
Karsinoma mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Karsinoma mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)
Karsinoma mediastinum adalah suatu kondisi dimana timbulnya hiperplasia sel-sel jaringan (tulang, penyokong) pada area tertentu (mediastinum) secara progresif dalam bentuk jaringan longgar yang menimbulkan manifestasi tumor (pembesaran) pada mediastinum. Jenis karsinoma mediastinum sering berkaitan dengan lokasi dan umur penderita. Pada anak-anak karsinoma mediastinum yang sering ditemukan berlokasi di mediastinum posterior dan jenisnya tumor saraf. Sedangkan pada orang dewasa lokasi tumor banyak ditemukan di mediastinum anterior dengan jenis limfoma atau timoma
2.1.2 Anatomi dan Patologi
Mediastinum, bagian tengah dari rongga thoraks, dapat dibagi menjadi tiga bagian untuk klasifikasi komponen anatomi dan proses penyakit: mediastinum anterior, tengah dan posterior. Mediastinum anterior terletak diantara sternum dan permukaan anterior jantung dan vena cava. Mediastinum tengah terletak diantara vena cava dan trakea. Bagian posterior dari mediastinum tengah merupakan mediastinum posterior. Mediastinum bagian depan termasuk kelenjar timus atau sisanya, arteri dan vena mamma interna, nodus limfatikus dan lemak. Mediastinum tengah terdiri atas perikardium dan isinya, aorta asenden dan transversa, vena cava superior dan inferior, arteri dan vena brachiocephalica, nervus frenikus, batang nervus vagus atas, trakea, bronkus utama dan nodus limfatikusnya yang berhubungan, dan arteri dan vena pulmonal bagian tengah. Mediastinum posterior berisi aorta desenden, esofagus, duktus torasikus, vena azygos dan hemiazygos, dan nodus limfatikus.
2.1.3 Bagian – bagian Mediastinum
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting :
a)      Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan bagian bawah sternum
b)       Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma di depan jantung.
c)      Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di belakang jantung.
d)      Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di antara mediastinum anterior dan posterior.

2.2 Etiologi dan Tanda gejala Karsinoma Mediastinum
2.2.1 Etiologi Karsinoma Mediastinum
Sebagaimana bentuk kanker /karsinoma lain, penyebab dari timbulnya karsinoma jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga berbagai faktor predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi tumbuhnya jaringan / sel-sel kanker pada jaringan mediastinum. Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun untuk menimbulkan manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi secara pasti dan cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat untuk menentukan masalah adanya kanker pada suatu jaringan.
Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah. Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari   jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah. Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala demam yang menonjol. 
2.2.2  Tanda dan gejala Karsinoma Mediastinum
Tanda – tanda dari Karsinoma Mediastinum :
*        Mengeluh sesak nafas, nyeri dada unilateral, nyeri dan sesak pada posisi tertentu (menelungkup)
*         Sekret berlebihan
*        Batuk dengan atau tanpa dahak
*        Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien
*        Pernafasan tidak simetris
*        Unilateral Flail Chest
*        Effusi pleura
*        Egophonia pada daerah sternum
*        Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru
*        Wheezing unilateral/bilateral
*        Ronchii
2.2.3 Manifestasi Klinis
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah.
Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala demam yang menonjol.
2.2.4 Klasifikasi Karsinoma Mediastinum
a. Timoma
Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor yang banyak terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50 tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak terdapat preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Gambaran histologiknya dapat sangat bervariasi dan dapat terjadi komponen limfositik atau tidak. Malignitas ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam organ-organ sekelilingnya dan tidak dalam bentuk histologiknya. Pada 50% kasus terdapat keluhan lokal. Thymoma juga dapat berhubungan dengan myasthenia gravis, pure red cell aplasia dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma mempunyai perjalanan klinis benigna. Penentuan ada atau tidak adanya penembusan kapsul mempunyai kepentingan prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi bedah.
b. Limfoma
Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma. Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.
c. Tumor saraf
Tumor saraf dapat tumbuh dari sel saraf disebarang tempat, lebih sering di mediastinum posterior. Tumor itu dapat bersifat jinak atau ganas dan biasanya diklasifikasi berdasarkan jaringan yang membentuknya, dibagi atas neural sheath yang sering bersifat jinak (schwannoma) dan neurofibroma yang paling sering ditemukan. Tumor yang bersifat jinak sangat jarang menjadi ganas. Meskipun dikatakan sering pada anak tetapi juga dapat ditemukan pada orang dewasa. Topcu dari Turki menganalisis 60 pasien tumor saraf dan mendapatkan 13 penderita bayi dan anak-anak usia (< 15 tahun), 47 orang dewasa (usia >15 tahun), lebih banyak perempuan (39 orang) dibandingkan laki-laki (21 orang). Hanya 20% (12 dari 60) bersifat ganas.
2.3 Penatalaksanaan Karsinoma Mediastinum
2.3.1 Diagnosis Karsinoma Mediastinum
Kebanyakan Karsinoma mediastinum tanpa gejala dan ditemukan pada saat dilakukan foto toraks untuk berbagai alasan. Keluhan penderita biasanya berkaitan dengan ukuran dan invasi atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesak napas berat, sindrom vena kava superior (SVKS) dan gangguan menelan. Tidak jarang pasien datang dengan kegawatan napas, kardiovaskuler atau saluran cerna. Bila pasien datang dengan kegawatan yang mengancam jiwa, maka prosedur diagnostik dapat ditunda. Sementara itu diberikan terapi dan/atau tindakan untuk mengatasi kegawatan, bila telah memungkinkan prosedur diagnostik dilakukan.
2.3.2 Penatalaksanaan Karsinoma Mediastinum
.
Tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami karsinoma mediastinum meliputi tindakan operatif dan konservatif. Tindakan konservatif terdiri atas :
a.       Pengurangan gejala-gejala dasar, seperti penurunan gejala sesak nafas, koreksi gangguan keseimbangan gas.
b.      Koreksi/perbaikan kondisi umum serta pencegahan komplikasi Pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit serta aktivitas merupakan langkah yang perlu iambil secara terpadu untuk meningkatkan fungsi dasar dan perbaikan kondisi umum klien.
c.       Adaptasi biologis dan psikologis
d.      Pengngunaan obat-obatan : Berbagai citostatika mungki digunakan dalam terapi kausatif seperti : tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan zat-zat lainnya seperti atabrine  atau penggunaan talc poudrage

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1  Pengkajian
Identitas :
·         Umur : Karsinoma cenderung ditemukan pada usia dewasa
·         Jenis kelamin : Laki-laki lebih bersesiko daripada wanita
Riwayat Masuk
Keluhan utama yang sering muncul saat masuk adalah adanya sesak nafas dan nyeri dada yang berulang tidak khas; mungkin disertai/tidak disertai dengan batuk atau batuk darah. Pada beberapa kasus sering dilaporkan keluhan infeksi lebih menjadi sebab klien melakukan kunjungan ke profesional kesehatan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu yang relatif lama dan berulang, adanya riwayat tumor pada organ lain, baik pada diri sendiri maupun dari keluarga. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita
3.2  Data Pengkajian
1. Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu kulit meningkat/normal
2. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, nyeri dada berulang
Obyektif : hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, terdengar suara nafas abnormal unilaeral/bilateral, egophoni
 3. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun, asidosis ringan/berat
4. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran
Obyektif : letargi
5. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan, flail chest
6. Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal, 
7. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
Studi Laboratorik :
Hb : menurun/normal
Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal
  
3.3 Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan Pola Nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder terhadap penekanan jaringan paru oleh sel tumor
2.      Defisit Volume Cairan b.d :
- Distress pernafasan
- Penurunan intake cairan
- Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam, efekchemoteraphi

Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder terhadap penekanan jaringan paru oleh sel tumor
Karakteristik : batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis, leukositosis
Tujuan :
Klien akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan :
·         Suara nafas paru relatif bersih 
·         Laju nafas dalam rentang normal
·         Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi 
Intervensi :
·         Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan napas
·         Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal
·         Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan terapi
·         Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai order, kaji keefektifan dan efek samping (ruam, diare)
·         Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks
·         Lakukan suction secara bertahap
·         R : Membantu pembersihan jalan nafas
·         Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 – 4 jam
·         R : Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan
2. Defisit Volume Cairan b.d :
-          Distress pernafasan
-          Penurunan intake cairan
-          Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam, efek chemoteraphi

Karakteristik :
Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana mukosa kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine.

Tujuan : Klien mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan :
·         Intake adekuat, baik IV maupun oral
·         Tidak adanya letargi, muntah, diare
·         Suhu tubuh dalam batas normal
·         Urine output adekuat, BJ Urine 1.008 – 1,020
Intervensi :
·         Catat intake dan output, berat diapers untuk output
·         Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line
·         Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu
·         Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam

1 komentar:

  1. Materi askepnya lengkap banget.. makasih gan atas informasinya dan saya ijin kopi ya... Maju terus keperawatan indonesia..
    Mampir ke blog saya ya..
    Blog Kanker
    Pregnancy information
    Blog tutorial

    BalasHapus